Minggu, 11 November 2012

TINGKATAN MANUSIA DALAM KEWAJIBAN SHOLAT


TINGKATAN MANUSIA DALAM KEWAJIBAN SHOLAT

Imam Ibnul Qayyim R.A mengatakan bahwa Manusia dalam menerima Sholat ada lima tingkatan, yaitu :

1. Muaqib
Adalah orang yang dzalim terhadap dirinya sendiri. Yaitu orang yang mengurangi sempurna dalam berwudhu, waktu sholat, batasannya dan rukun-rukunnya.

2.Muhasib
Yakni orang yang memperhatikan waktu sholatnya, batasannya, dan rukun-rukunnya yang dzahir serta wudhunya, tapi ia tidak berusaha menghilangkan perasaan was-was yang ada pada dirinya, sehingga ia sholat tetap dengan perasaan tidak tenang.

3.Mukaffir Anhu
Yakni orang yang memperhatikan batasan dan rukun-rukun sholat dan ia berusaha menghilangkan was-was dan fikiran yang ada pada dirinya serta sibuk berjuang melawan gangguan setan agar sholatnya tidak tercuri. Dengan demikian dapat diartikan bahwa ia dalam keadaan sholat dan berjihad (menghilangkan perasaan was-was dan pikirannya).

4.Mutsab
Yaitu orang yang mendirikan sholat dan menyempurnakan hak, rukun dan batasannya sehingga hatinya tenggelam dalam menjaga batasan-batasan dan hak-hak sholat agar tidak menyia-nyiakan sedikitpun. Bahkan seluruh keinginannya akan ditujukan untuk mendirikan sholat dengan sebaik-baiknya dan menyempurnakannya, dengan demikian dapat diartikan hatinya sedang tenggelam dalam sholat dan ibadah hanya kepada Rabb nya Tabaraka Wata'ala.

5. Muqarrab min Rabbihi
Adalah orang yang mendirikan sholat dan menyempurnakannya seperti tingkatan keempat, tetapi disamping itu ia juga menghadirkan hatinya dihadapan Allah SWT, melihat dengan hatinya, mendekat kepada-Nya denga penuh cinta dan pengagungan seakan-akan melihat dan menyaksikan-Nya. Menghilangkan segala macam was-was dan bisikan-bisikan, maka terangkatlah tabir atara dirinya dan Rabbnya. Inilah shalat yang lebih diutamakan daripada memperhatikan permasalahan yang ada dibumi dan langit serta segala macam isinya, dan inilah sholat yang menenangkan jiwa karena telah sibuk dengan Rabbnya yaitu Allah Azza wa Jallah.
Subhanallah…
Semoga kita semua dapat mencapai tingkatan kelima, dan bagi teman-teman yang telah mencapai tingkatan ini, dipertahankan yaaa…
sekian,,semoga bermanfaat..
assalamualaikum ^^

Minggu, 04 November 2012

LAPORAN KIMIA ORGANIK-STRUKTUR DAN KELARUTAN


LABORATORIUM KIMIA ORGANIK
JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
PERCOBAAN 6
STRUKTUR DAN KELARUTAN (POLARITAS)




OLEH :

NAMA                                                      : DEWI ANAGUSTIWI
NIM                                                           : PO.71.3.251.10.1.019
KELAS                                                      : A
HARI / TGL PRAKTIKUM                     : SENIN / 23 MEI 2011
PEMBIMBING                                         : RONNY HORAX, S.Si, MsC, Ph.D

JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR




BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
  Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperature tertentu, sedangkan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen. Kelarutan dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Suatu kelarutan juga dapat dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen.
Pelepasan zat aktif dari suatu bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain:
Ø  pH
Zat aktif yang sering digunakan di dalam dunia pengobatan umumnya adalah zat organik yang bersifat asam lemah, dimana kelarutannya sangat dipengaruhi oleh pH pelarutnya. Kelarutan asam-asam organik lemah seperti barbiturat dan sulfonamide dalam air akan bertambah dengan naiknya pH karena terbentuk garam yang mudah larut dalam air. Sedangkan basa-basa organik lemah seperti alkoholida dan anastetika lokal pada umumnya sukar larut dalam air.
Ø  Temperatur
Kelarutan suatu zat padat dalam air akan semakin tinggi bila suhunya dinaikan. Adanya panas (kalor) mengakibatkan semakin renggangnya jarak antar molekul zat padat tersebut. Sehingga kekuatan gaya antar molekul tersebut menjadi lemah dan mudah terlepas oleh gaya tarik molekul-molekul air. Berbeda dengan zat padat, adanya pengaruh kenaikan suhu akan menyebabkan kelarutan gas dalam air berkurang. Hal ini disebabkan karena gas yang terlarut di dalam air akan terlepas meninggalkan air bila suhu meningkat.
Ø  Jenis pelarut
Pelarut polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar dan ionik, begitu pula sebaliknya. Makin panjang rantai gugus non polar suatu zat, makin sukar zat tersebut larut dalam air. Menurut Hilderbrane: kemampuan zat terlarut untuk membentuk ikatan hidrogen lebih penting dari pada kemolaran suatu zat.
Ø  Pengaruh bentuk dan ukuran partikel
Kelarutan suatu zat akan naik dengan berkurangnya ukuran partikel suatu zat, Konfigurasi molekul dan bentuk susunan kristal juga berpengaruh terhadap kelarutan zat. Partikel yang bentuknya tidak simetris lebih mudah larut bila dibandingkan dengan partikel yang bentuknya simetris.
Ø  Pengaruh konstanta dielektrik
Pelarut polar mempunyai konstanta dielektrik yang tinggi dapat melarutkan zat-zat non polar sukar larut di dalamnya, begitu pula sebaliknya. Besarnya tetapan dielektrik ini menurut Moore dapat diatur dengan penambahan pelarut lain. Adakalanya suatu zat lebih mudah larut dalam pelarut campuran dibandingkan pelarut tunggalny. Fenomena ini dikenal dengan istilah co-solvency dan pelarut yang dapat menaikkan kelarutan suatu zat disebut co-solvent. Etanol, gliserin dan propilen glikol adalah co-solvent yang umum digunakan dalam bidang farmasi untuk pembuatan eliksir.
Ø  Pengaruh penambahan zat-zat lain
Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikan kelarutan suatu zat. Molekul surfaktan terdiri atas dua bagian yaitu bagian polar dan non polar.apabila didispersikan dalam air pada konsentrasi yang rendah, akan berkumpul pada permukaan dengan mengorientasikan bagian polar ke arah air dan bagian non polar kearah udara, surfaktan mempunyai kecenderungan berasosiasi membentuk agregat yang dikenal sebagai misel. Konsentrasi pada saat misel mulai terbentuk disebut konsentrasi misel kritik (KMK).
I.2 MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN
I.2.1 Maksud percoban
Untuk mengidentifikasi kelarutan suatu senyawa.
I.2.2 Tujuan percobaan
1.               Untuk mempelajari pengaruh struktur terhadap kelarutan suatu
           senyawa.
2.               Untuk membedakan pelarut polar, semipolar, dan polar.
I.3 PRINSIP PERCOBAAN
            Sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan  dengan air suling dan diamati kelarutannya.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 TEORI RINGKAS
            Kelarutan dalam air suatu persenyawaan ditentukan oleh perbandingan antar gugus hidrofob ( C-H ). Misalnya, alkohol yang mengandung satu sampai tiga buah atom karbon bercampur dengan air (membentuk ikatan hydrogen). Dalam molekul yang kecil ini, gugus –OH dapat mengatasi sfat hidrofob dari gugus C-H.
            Alkohol yang mengandung lebih dari tiga atom karbon larut sebagian atau tidak larut dalam air karena mempunyai  jumlah gugusan hidrofob C-H yang cukup untuk mengatasi efek hidrofil dari gugus –OH (kepolarannya berkurang).
            Dalam molekul aseton ikatan intermolekulnya lemah, ini disebabkan karena bagian positif dari molekul ini tersebar dan tidak terletak pada atom hydrogen. Jadi ikatan hydrogen tidak mungkin terbentuk dalam molekul aseton.
            Dalam molekul air adanya efek induktif oleh sudut/bentuk dari molekul air menjadikan air memiliki dipol yang sangat kuat dan memiliki sifat yang sangat unik.
            Polaritas dari suatu senyawa dijelaskan dalam istilah momen dipol. Polaritas dari suatu senyawa juga dihubungkan dengan konstanta dielektriknya (ε), dimana jika nilai ε meningkat maka keplaran dari suatu senyawa juga meningkat. Senyawa konstanta dielektrik yang tinggi umumnya larut dalam air, sedangkan senyawa dengan konstanta dielektrik yang rendah cenderung tidak larut dalam air.
II.2 URAIAN BAHAN
1.   Air suling
Nama resmi     : Aqua Destillata
Nama lain        : Air suling
Pemerian         : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau;
                           tidak mempunyai rasa.
BM / RM         : 18,02 / H2O
2.   Aseton
Pemerian           : Cairan jernih tidak berwarna , mudah menguap, bau khas,
                             mudah terbakar, dapat bercampur dengan air, dengan etanol
                             (95%) P, dan dengan kloroform P, membentuk larutan
                              jernih.
Rumus molekul : (CH3)2CO
Bobot per ml      : 0,790 g sampai 0,792 g.
3.   Asam asetat
Nama resmi     :Acidum Asetat
Nama lain        :Asam asetat,cuka
Pemerian         :Cairan jernih tidak berwarna, bau menusuk, rasa asam,
                          tajam
Kelarutan        :Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%)P, dan dengan
                          gliserol P
Bj                    :1,040 g/ml-1,042 g/ml
4.   Etanol
Nama resmi                             : Aethanolum
Nama lain                                : Etanol, alkohol.
Pemerian                                 : Cairan tak berwarna, jernih, mudahmenguap
                                                  Dan  mudah bergerak; bau khas; rasa panas.
                                                  Mudah terbakar dengan memberikan nyala
                                                   biru yang tidak berasap.
Kelarutan                                : Sangat mudah larut dalam air, dalam
                                                  kloroform P dan dalam eter P.
Bobot jenis                              : 0,8119 sampai 0,8139.
Khasiat dan penggunaan         : Zat tambahan.
5.   Dietil eter
Nama Lain                  : Eter
Pemerian                     : Larutan tidak berwarna, mudah menguap, sangat
                                      mudah terbakar
Kelarutan                    : Larut dalam 10 bagian air, larut dalam etanol 95% dan
                                       kloroform p

6.   Gliserol
Nama resmi     : Glycerolum
Nama lain        : Gliserol, Gliserin
Pemerian         : Cairan seperti sirop; jernih; tidak berwarna; tidak berbau;
                           manis diikuti rasa hangat; higroskopik. Jika disimpan
                           beberapa lama pada suhu rendah dapat mamadat membentuk
                           massa hablutr tidak berwarna yang tidak melebur hingga
                           mencapai suhu lebih kurang 20°.
Kelarutan        : Dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol (95%) P,
                           praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan
                           dalam minyak lemak.
RM                  : CH2OH-CHOH-CH2OH
7.   Heksan
Pemerian                         : Berupa cairan tidak berwarna, stabil, sangat
                                          mudah terbakar.
8.   Kloroform
Nama resmi                 : Chloroformum
Nama lain                    : Kloroform
Pemerian                     : Cairan, mudah menguap; tidak berwarna;
                                       bau khas; rasa manis dan membakar.
Kelarutan                    : Larut dalam lebih kurang 200 bagian
                                       air; mudah larut dalam etanol mutlak P,
                                       dalam eter P, dalam sebagian besar
                                        pelarut organic,dalam minyak atsiri dan dalam
                                        minyak lemak.
BM / RM                                 : 119,38 / CHCL3
Khasiat dan penggunaan         : Anastetikum umum; pengawet; zat tambahan.

9.   Methanol
Pemerian         : Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas.
Kelarutan        : Dapat bercampur dengan air, membentuk cairan jernih, tidak
                            berwarna.
BJ / RM           : (15,5°/15,5°) 0,796  sampai  0,798 / CH3OH
10.  Propanol-2
Nama resmi    : Isopropanol
Nama lain      : iso-popileter P, propan-2-ol
Pemerian        : cairan jernih; tidak berwarna; bau khas; mudah terbakar.
Kelarutan       : Dapat bercampur dengan air, dengan kloroform P dan dengan
                           eter P.
Bobot per ml  : 0,784 g sampai 0,786 g
RM                : CH3CH3.CHOH.CH3
11.  Propilengkol
Nama resmi    : Propylenglycolum
Nama lain      : Propilenglikol
Pemerian        : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau; rasa agak
                          manis; higroskopik.
Kelarutan       : Dapat campur dengan air, dengan etanol 95% P dan dengan
                        kloroform P; larut dalam 6 bagian eter P; tidak dapat campur
                        dengan eter minyak tanah P dan dengan minyak lemak.
RM / BM       : C3H8O2 / 76,10












BAB III
METODE KERJA
III.1 ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
III.1.1 Alat yang digunakan

1.      Pipet tetes
2.      Rak tabung
3.      Tabung reaksi
4.      Batang pengaduk

III.1.2 Bahan yang digunakan

1.      Air suling
2.      Aseton
3.      Asam asetat
4.      Dietil eter
5.      Etanol
6.      Gliserol
7.      Heksan
8.      Kloroform
9.      Methanol
10.  Propanol-2
11.  Propilengkol


III.2 PROSEDUR KERJA
1. Disiapkan tabung reaksi yang brsih dan kering, diberi label sesuai dengan
nama sampel uji.
2. Ke dalam masing-masing tabung reaksi diisi dengan sampel uji yang tertera
     pada lembar kerja.
3. Ke dalam masing-masing tabung reaksi ditambahkan 1 ml air suling,
campuran diisi hingga homogeny (dapat menggunakan batang pengaduk).



















BAB IV
HASIL
A. DATA PENGAMATAN
No.
Nama
Senyawa
Kelarutan dalam
Struktur
Golongan
H2O
Dietileter
Etanol
Kloroform
1.
Heksan
C6H14
Alkana
Tidak homogen
Homogen
Homogen
Homogen
2.
Aseton
C2H6CO
Keton
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
3.
Dieteleter
C4H10O
Eter
Tidak Homogen

Homogen
Homogen
4.
Etanol
C2H5OH
Alkohol
Homogen
Homogen
Homogen
5.
Metanol
CH3OH
Alkohol
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
6.
Propanol-2
C3H7OH
Alkohol
Homogen
Homogen
Homogen
Tidak Homogen
7.
Propilenglikol

Alkohol
homogen
Homogen
Homogen
Tidak Homogen
8.
Gliserol
CH2-OH
CH2-OH
Alkohol
Homogen
Tidak homogen
Homogen
Tidak Homogen
9.
Kloroform
CHCl3
Halo
alkana
Tidak berpisah
Tidak Homogen
Homogen

10.
Asam asetat
CH3COOH
Asam karboksilat
Homogen
Homogen
Homogen
Tidak homogen

B. REAKSI
a.       Heksan
C6H14 + H2O    
C6H14 + C2H5 – O – C2H5       C5H11 – O – C5H11 + H2O
C6H14 + C2H5OH     → C8H18 + H2O
C6H14 + CHCl3     → C7H13 + H2Cl3
b.      Aseton
                    O                               O
            CH3-C-CH3 + H2O → CH3 – CH – CH3 → C2H5 – C – OH
             O                  
                                                                        CH3                  C2H5
            CH3-C-CH3 + C2H5 – O – C2H5                                 O                      O + H2O
                             O
                                                                        CH3                  C2H5

                                                                       OH
CH3-C-CH3 + C2H5OH                     CH3 – CH – C2H5OCH3
                             O                                                           

CH3-C-CH3 + CHCl3  → CH3 – CH – Cl3CH3
                             O                                                OCH
c.       Dietileter
   C2H5-O-C2H5  + H2O
C2H5-O-C2H5 + C2H5OH  C2H5 – O – HO. C2H5
C2H5-O-C2H5 + CHCl3  →C2H5Cl3  + CH – O – C2H5
d.      Etanol
CH3-CH2-OH + H2O → C2H5O- + H3O+
CH3-CH2-OH  + C2H5 – O – C2H5     → C2H5 – O – C2H5     . C2H5
CH3-CH2-OH + CHCl3  →3C2H5Cl + H3CHO3
e.       Metanol
CH3-OH+ H2O → CH2O- + H2O+
CH3-OH+ C2H5 – O – C2H5     → CH3OH – O – C2H5 – C2H5
CH3-OH+ C2H5OH  → CH3 – O – C2H5 + H2O
CH3-OH+ CHCl3  → 3CH3Cl + H3CHO3
f.       Propanol – 2

      OH                               O
CH3-C-CH3 + H2O → CH3 – C – CH3 + H3O+

      OH
CH3-C-CH3 +  C2H5 – O – C2H5     → CH3 – CH – CH3
                                                                       OH.C2H5 – O – C2H5
      OH
CH3-C-CH3 +  C2H5OH  → C3H7 – O – C2H5 + H2O
      OH                                     Cl
CH3-C-CH3 + CHCl3  →3CH3 – CH – CH3 + H3CHO3
g.      Propilenglikol
CH3-CH-CH2  + H2O → CH3 – CH – CH2OH + H3O+
              OH  OH                         OH

CH3-CH-CH2 +  C2H5 – O – C2H5    
              OH  OH
CH3-CH-CH2+  C2H5OH  →C3H7 – C – C2H5 + H2O
             OH  OH                                 O
CH3-CH-CH2+ CHCl3 
             OH OH
h.      Gliserol
CH3-CH2 + H2O  → CH2OH – CH – CH2OH + H3O+
 OH   OH                                  OH
CH3-CH2  +  C2H5 – O – C2H5    
 OH   OH 
CH3-CH2+  C2H5OH  → CH2OH – CH – CH – C2H5OH
 OH   OH                                         OH    OH
CH3-CH2+ CHCl3 
 OH   OH 
i.        Kloroform
CHCl3+ H2O  
CHCl3+ C2H5 – O – C2H5    
CHCl3+ C2H5OH  → 3C2H5Cl + H3CHO3

j.        Asam asetat
CH3COOH + H2O  
CH3COOH + C2H5 – O – C2H5    
CH3COOH + C2H5OH 
CH3COOH+ CHCl3 

C. PEMBAHASAN
            Pada praktikum ini dilakukan pengujian terhadap kelarutan sampel dengan menggunakan sampel heksan, aseton, dietileter, etanol, metanol, propanol-2, propilenglikol, gliserol, kloroform, dan asam asetat.
            Dari sampel yang digunakan, 5 diantaranya merupakan senyawa alkohol, 1 alkana, 1 keton, 1 eter, 1 haloalkana, dan 1 asam karboksilat. Pada praktikum sebelumnya mengenai alkohol, diperoleh kesimpulan bahwa senyawa alkohol memiliki sifat dapat larut dalam air, dan hasil pengamatan praktikum ini memang benar bahwa senyawa alkohol yang digunakan yaitu etanol, methanol, propanol-2 propilenglikol dan gliserol dapat larut dalam air suling tersebut, maka berarti hasil yang diperoleh telah sesuai dengan literature yang ada.
            Untuk senyawa heksan, diperoleh hasil bahwa senyawa ini tidak homogeny dalam air, hal ini mungkin karena senyawa ini memiliki rantai C yang panjang sehingga membutuhkan air yang lbih banyak untuk dapat melepas rantai C nya. Untuk senyawa aseton, hasil pengamatan menunjukkan bahwa aseton dapat larut dalam air. Di dalam Farmakope Indonesia Ed. III dinyatakan pemerian dari aseton yaitu dapat bercampur dengan air, maka berdasarkan literature ini, hasil yang diperoleh telas sesuai. Untuk sampel dietileter,  dalam literature yang sama dinyatakan bahwa senyawa ini dapat larut dalam 10 bagian air. Dalam pengujian ini, sampel yang digunakan sebanyak 1 ml maka seharusnya ia dapat larut apabila dilarutkan ke dalam 10 ml air, namun karena hanya digunakan 1 ml saja, hasil yang diperoleh adalah bahwa senyawa ini tidak homogen, mungkin karena senyawa ini memiliki rantai C yang cukup panjang sehingga membutuhkan waktu agak lama untuk dapat larut dalam air. Begitu pula dengan kloroform yang tidak larut dalam air, karena masih dalam literature yang sama dinyatakan kloroform larut dalam lebih kurang 200 bagian air, sedangkan air yang digunakan hanya sedikit. Sedangkan senyawa asam asetat hasil yag diperoleh yaitu homogen, dan telah sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa as. Asetat dapat campur dengan air.
Pada penambahan dietil eter, hanya gliserol dan kloroformlah yang tidak larut di dalamnya.
Pada penambahan etanol, diperoleh hasil bahwa semua sampel yang digunakan dapat larut dalam etanol. Hal ini telah sesuai dengan yang tercantum dalam literatur yang sama.
Pada penambahan kloroform, diperoleh hasil bahwa hanya senyawa propanol-2, propilenglikol dan gliserol yang tidak dapat larut dalam kloroform sedang yang lainnya larut. Di dalam farmakope yang sama, dinyatakan bahwa senyawa propanol-2 dan propilenglikol seharusnya dapat larut dalam etanol, mungkin terjadi kekeliruan dalam pengamatan kami sehingga yang terlihat justru senyawa ini tidak homogen.



BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.      Senyawa alkohol dapat larut dalam air, dietileter, etanol dan kloroform.
2.      Senyawa alkana tidak dapat larut dalam air, namun larut dalam etanol dan kloroform.
3.      Senyawa keton dapat larut dalam semua pelarut yang digunakan.
4.      Senyawa eter tidak dapat larut dalam air, namun larut dalam etanol dan kloroform.
5.      Senyawa haloform tidak larut dalam air dan dietileter tetapi dapat larut dalam etanol mutlak.
6.      Senyawa asam karboksilat dapat larut dalam semua pelarut yang digunakan.
B. SARAN
            Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam mengamati hasil praktikum agar kesalahan-kesalahan kecil dapat dihindari atau dikurangi.




DAFTAR PUSTAKA
·         Team Kimia Organik. 2011. Buku Penuntun Praktikum Kimia Organik. Makassar:Poltekkes Makassar.
·         DepKes RI. 1979. Farmakope Edisi  ketiga. Jakarta
·         www.google.com